Perhatian dunia, termasuk saya, tercurah ke Marseille, begitu mereka mengumumkan Marcelo Bielsa resmi menjadi juru taktik Marseille. Bagi anda yang mengikuti perkembangan taktik pressing, nama Arrigo Sacchi dan Marcelo Bielsa, sudah barang tentu harus masuk di dalamnya. Segala bentuk pressing yang anda lihat sekarang, tidak lain tidak, merupakan buah “promosi” Sacchi dan Bielsa di dalamnya. Seorang Guardiola menyebut Bielsa sebagai jenius sesungguhnya. Permainan vertikal ala Klopp, tidak lain tidak, memilki pengaruh Bielsa di dalamnya. Dunia mengenal pengaruh Bielsa dengan

Bielsista.

Yang menarik bagi saya, adalah, selain si Bielsa itu sendiri, bagaimana menantikan perkembangan Andre-Pierre Gignac yang pernah disebut sebagai masa depan sepakbola Eropa, saat ia bermain di Toulouse. Seseorang yang hilang dan tenggelam karena badai cedera. Yang dalam dua musim terakhir, mulai menampakan kembali bahwa Gignac sedang mempersiapkan kelahirannya kembali.

Penampilan Marseille musim ini (2014-2015) ditambah “gilanya” Gignac bermain, membuat memori saya akan Gignac kembali terangkat. Sangat menarik menantikan dan menganalisa, bagaimana Marseille dan (terutama) Gignac berusaha kembali ke jalur elite sepakbola Prancis dan dunia.

Andre-Pierre Gignac sebelum 2014-2015

Andre-Pierre Gignac melakukan debutnya untuk Lorient. Tapi, pada saat membela Toulouse-lah, merupakan masa di mana ia mulai mencuri perhatian dunia sepak bola. Gignac melakukan debut untuk Toulouse di Liga Champions babak kualifikasi ketiga melawan Liverpool. Tahun 2007. Dalam pertandingan lain melawan CSKA, di tahun yang sama, Gignac mencetak gol menit-menit terakhir untuk membatalkan gol pembuka Claudinei dan membawa Toulouse untuk maju ke babak penyisihan grup Piala UEFA. Secara keseluruhan, selama musim 2007-2008, Gignac dan Toulouse tampil mengecewakan di mana Gignac muncul dalam lebih dari 20 pertandingan tetapi hanya mencetak dua gol. Toulouse sendiri, menyelesaikan musim hanya satu peringkat di atas zona degradasi. Bukan musim yang ideal untuk Gignac.

Pada musim 2008-09, Gignac menjadi pilihan pertama striker karena kepergian Johan Elmander ke Bolton. Selama musim ini, Gignac mencetak beberapagol  “populer”, terutama saat menghadapi Sochaux, Grenoble, Saint-è„¡tienne, Marseille, dan Nice. Untuk apa yang Gignac telah capai, ia dianugerahi UNFP sebagai Pemain Terbaik Bulan September dan Maret, dinominasikan untuk Ligue 1 Player of the Year Award (yang akhirnya dimenangkan oleh Yoann Gourcuff), masuk dalam Ligue 1 Tim of the Year, dan menerima penghargaan Top Scorer ( 24 gol). Secara keseluruhan, di Ligue 1, Gignac bermain sebanyak 37 kali, dengan total 3,255 menit, 3 Assist, dan Shot on Target 48%. Gignac menjadi bintang masa depan Eropa dan menjadi perhatian tim-tim bertabur bintang Eropa. Musim yang menakjubkan.

Musim 2009-2010 kembali menjadi musim yang buruk. Gignac bermain sebanyak 31 kali (2713 menit), mencatat 4 Assist, dan 40% Shot on Target. Gignac menderita beberapa kali cedera selama musim 2009-2010 dan hal tersebut benar-benar menjadi salah satu alasan mengapa penampilannya merosot. Gignac hanya bisa mencetak 8 gol selama 2009-2010 Ligue 1 musim. Meskipun musimnya mengecewakan, Gignac tetap dipanggil masuk Tim Nasional Prancis untuk Piala Dunia 2010. Tapi, Gignac tidak pernah mampu tampil maksimal dalam tiap kesempatannya bermain. Satu fakta menarik selama musim 2009-2010, dalam sebuah pertandingan melawan Vallenciennes, Gignac mencatatkan 3 Assist untuk semua 3 gol kemenangan Toulouse. membuktikan pada dunia, bahwa Gignac bisa diandalkan baik utk urusan mencetak gol dengan kekuatan tubuhnya, ditambah kemamuannya dalam mebuka ruang dan memberikan assists, yang mutlak menjadi  persyaratan sebagai Striker modern.

Pada Agustus 2010, Marseille mencapai kesepakatan dengan Toulouse untuk mendatangkan sang striker dengan biaya 14,7 Juta Pounds. Marseille menegaskan, kesepakatan telah tercapai, dan pemain berusia 24 tahun tersebut akan menandatangani kontrak lima tahun pada saat penyelesaian medical check-up. Musim 2010-2011 lagi-lagi menjadi musim yang berat untuk Gignac. Saat itu ia dikritik habis-habisan oleh semua elemen klub. Jen-Pierre Papin (Striker legendaris Marseille) mengatakan, bahwa “gerakan Gignac itu terlalu mudah ditebak”. Sebuah gaya khas tipe Striker Target Man yang mengandalkan kekuatan dan naluri gol, tapi sangat kurang dalam gerakan eksplosif. Hal buruk berkembang menjadi lebih buruk di mana Gignac menyelesaikan musim 2011-2012 dengan hanya mencetak 8 gol. Cedera, sekali lagi, menjadi alasan utama. Dan, sekali lagi, orang meragukan kemampuan Gignac. Musim 2010-2011, menjadi musim yang lain yang mana Gignac gagal menunjukkan sesuatu pada dunia.

Singkat cerita, setelah beberapa musim yang buruk, Gignac memperlihatkan perbaikan penampilan. Terutama, bagaimana ia membuat dirinya berdampak positif untuk permainan tim. Antara musim 2012 sampai akhir musim 2014 (2 musim), Gignac tampil di 84 pertandingan dan 40 gol dicatatkannya. Ia juga menambahkan 6 Assist. Sesuatu yang lebih benderang dibandingkan dengan yang musim-musim sebelumnya. Yaitu, musim yang buruk, yang harus dilupakan, karena Gignac selalu bertekad untuk membuktikan bahwa semua kritik dan statistik di masa lalu, bukan Gignac sebenarnya yang seharusnya disaksikan dunia. Tapi, Dalam pendapat saya, apa yang Gignac telah tunjukkan pada tahun 2012 hingga 2014, tidak berarti Gignac telah merealisasikan semua harapan dan ramalan. Sebagai mantan bintang masa depan, apa yang Gignac telah tunjukkan tidak lebih dari sekedar “lumayan”. Gignac dapat tampil jauh lebih baik lagi.

Andre-Pierre Gignac di Tahap Awal dari 2014-2015

Gignac hampir memiliki segalanya. Ia punya kekuatan, ia memiliki insting, Gignac mampu menembak dengan baik menggunakan kedua kakinya, Gignac mampu mencetak gol baik di dalam maupun dari luar kotak, punya kecepatan lumayan, dan mampu mengecoh jebakan off side lawan. Dunia masih memiliki waktu untuk melihat Gignac menunjukkan kualitas maksimalnya.

Pada musim 2014-2015, Marcelo Bielsa (el Locco), datang dan mengambil alih tanggung jawab sebagai juru taktik Marseille. Bielsa adalah manager yang gemar dengan crossing-play. Bielsa juga terkenal dengan permainan vertical-direct khas dirinya. Semua ini, dibingkai dalam gaya pressing intensitas tinggi. Yang perlu digaris-bawahi di sini, adalah, semua hal tersebut tampak menjadi sesuatu yang sempurna dengan kemungkinan cocoknya Gignac terhadap konsep bermain yang diusung Bielsa. Gignac kuat di udara. Artinya, permainan crossing akan menjadi teman baiknya. Gignac juga memiliki attacking-positioning yang baik, sesuatu yang krusial bagi permainan menyerang ala Bielsa. Kemampuan Gignac untuk menjebak jebakan off-side, juga merupakan sesuatu yang lain yang dapat dieksplorasi oleh Bielsa, sebagai salah satu opsi permainan offensifnya.

Pertandingan teranyar dari Ligue 1 pada tanggal 24 September 2014, Marseille menghajar Reims 5 gol tanpa balas. Gignac mencetak dua gol. Dua gol yang menunjukkan kepada kita, bagaimana Gignac memiliki penempatan posisi yang baik yang membantunya diri untuk mengambil posisi yang nyaman dalam mencetak gol. Gol pertama, adalaha gol Gignac memanfaatkan kemampuan udaranya dan penempatan posisi yang sempurna. Yang kedua, adalah, gol di mana Gignac berada pada posisi yang tepat untuk menghajar bola pantulan dari Kiper lawan. Dengan kemenangan ini, Marseille bercokol di puncak klasemen. Dan, dengan dua gol ini, Andre-Pierre Gignac mencoba untuk memberitahukan dunia, ia siap untuk kembali sebagai salah satu pencetak gol paling mematikan.

Dari delapan gol yang telah dicetak sejauh ini, 3 gol di antaranya merupaka gol sundulan kepala. Ketiga gol tersebut dicetak dari tiang dekat atau setidaknya area tengah-tiang dekat.

Lima gol lainnya, yang dicetak menggunakan kaki kanannya. Dua gol melalui tendangan voli, dari posisi tiang jauh, yang merupakan salah satu karakter khas Gignac (menunggu di tiang jauh). Satu gol lainnya, dibuat dengan cara yang yang cerdas. Gignac bergerak menjauh ke luar kotak penalti (ke zona 14), untuk kemudian dari sebuah clearance yang buruk Gignac mendapatkan bola, dan mencetak gol setengah voli dari jarak hampir 20 meter dari gawang.


Dibandingkan dengan musim sebelumya (2013-2014), dalam hal mencetak gol, Gignac telah menunjukkan peningkatan yang sangat baik. Pada musim 2013-2014, ia mencetak 3 gol dari 7 pertandingan pertama. Pencapaian yang sama dengan musim 2012-2013. Di musim ini, dalam 7 pertandingan, Gignac telah mencatatkan 8 gol.

Perbandingan gol Andre-Pierre Gignac dalam 3 musim terakhir. Data berdasarkan Squawka

Tabel di atas menginformasikan secara tegas, bahwa Gignac mencatat pencapaian gol terbaik dalam tujuh pertandingan pertama, selama musim 2014-2015 musim (musim sekarang). Pada akhir musim lalu, Gignac membuat 16 gol. Dan, 13 gol untuk musim 2012-2013. Dari 2012-2013 sampai 2013-2014 musim, Gignac meningkatkan prosentase golnya menjadi 23% (end to end season comparison). Musim ini, dengan hanya 7 pertandingan yang dimainkan, Gignac telah membuat perbaikan yang jauh lebih baik, dengan 8 gol, yang membuka peluang baginya untuk memecahkan rekor Jean-Pierre Papin di Marseille, 30 gol di akhir musim 1990.

Jika Gignac menunjukkan bahwa dia benar-benar meningkatkan kemampuan mencetak golnya, maka, akan menarik untuk kita lihat bagaimana ia menempatkan dirinya sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari konsep permainan Bielsa. Dalam menganalisis hal ini, kita perlu melihat statistik Gignac lainnya.





Perbandingan gol Andre-Pierre Gignac dalam 3 musim terakhir. Data berdasarkan Squawka

Tabel di atas menginformasikan secara tegas, bahwa Gignac mencatat pencapaian gol terbaik dalam tujuh pertandingan pertama, selama musim 2014-2015 musim (musim sekarang). Pada akhir musim lalu, Gignac membuat 16 gol. Dan, 13 gol untuk musim 2012-2013. Dari 2012-2013 sampai 2013-2014 musim, Gignac meningkatkan prosentase golnya menjadi 23% (end to end season comparison). Musim ini, dengan hanya 7 pertandingan yang dimainkan, Gignac telah membuat perbaikan yang jauh lebih baik, dengan 8 gol, yang membuka peluang baginya untuk memecahkan rekor Jean-Pierre Papin di Marseille, 30 gol di akhir musim 1990.

Jika Gignac menunjukkan bahwa dia benar-benar meningkatkan kemampuan mencetak golnya, maka, akan menarik untuk kita lihat bagaimana ia menempatkan dirinya sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari konsep permainan Bielsa. Dalam menganalisis hal ini, kita perlu melihat statistik Gignac lainnya.

Heat map Gignac dalam pertandingan melawan Bastia (atas) dan melawan Reims (bawah). Data berdasarkan Squawka

Berikut merupakan dua heat map Gignac. Dalam dua pertandingan ini, Gignac mendapat kesempatan untuk bermain dari sisi luar (wide area). Tapi, dengan melihat setelah pertandingan statistik, diketahui, Gignac tidak melepas crossing yang berpengaruh. Dari dua pertandingan tersebut, Gignac membuat satu crossing gagal dari satu percobaan. Apakah ini ideal atau merupakan sesuatu yang perlu dikhawatirkan Marseille? Hanya Marcelo Bielsa yang bisa menjawabnya.

Sebagai perbandingan, striker yang memiliki gerak khas dengan memanfaatkan lebar lapangan untuk kemudian masuk ke tengah, adalah, Thiery Henry. Dan Henry, tidak dikenal sebagai crosser yang handal. Henry, tentu saja, jauh lebih dikenal dengan dribbling, placing shot, dan bola lengkungnya. Gignac tidak perlu lakukan hal se-sepektakuler Henry. Tapi, tentu saja, bila ia bisa, akan jauh lebih baik, bukan? Hehe. Yang bisa dilakukan Gignac, salah satunya, adalah, bergerak dari wide area, untuk kemudian masuk dan lakukan one-two passing dengan pemain lain yang berdiri di tengah. Atau, cara lain, bisa saja Gignac memulai starting-point movement nya dari sisi kiri luar, untuk kemudian masuk ke tengah dan lakukan tembakan dari luar kotak 16. Karena, Gignac punya kemampuan tersebut. Tinggal sejauh apa Bielsa dan tim mampu memaksimalkan apa yang dimiliki Gignac untuk keuntungan tim. Ini opsi-opsi yang saya lihat, yang ada, dan yang mungkin diambil oleh Gignac dan Bielsa.

Kesimpulan

Gignac memulai musim dengan sangat baik. Gignac memperlihatkan perbaikan di hampir semua statistik bermainnya. Bagian yang terbaik, tentu saja, adalah catatan golnya yang meningkat pesat. Sekarang merupakan tugas Bielsa untuk mempertahankan performa yang luar biasa dari timnya. Ia harus mengatur intensitas yang tepat dan harus menyadari, akan tiba saatnya Marseille menghadapi lawan sebenarnya, klub-klub top yang terlibat dalam pertarungan memperebutkan slot Eropa. Di mana hal-hal yang terkecil, sekalipun, benar-benar menjadi krusial.

Sulit untuk mengatakan bagaimana Gignac mengakhiri musim. Sesuatu yang penting sekarang, adalah, Marseille harus bersiap untuk perjalanan di bulan Oktober dalam jadwal pertandingan yang sulit, sesuatu yang akan membawa mereka dan “sang shining star” untuk menghadapi tantangan dan beban yang lebih besar, di bawah sorotan lampu media.